Sejarah Gunung Daik Bercabang Tiga


KEPRI
- Gunung Daik adalah gunung tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, dengan ketinggian sekitar 1.165 meter di atas permukaan laut. Terletak di Pulau Lingga, gunung ini terkenal karena memiliki tiga puncak yang mencolok: Daik, Pejantan, dan Cindai Menangis. Keunikan bentuknya menjadikan Gunung Daik sebagai simbol budaya dan identitas masyarakat Melayu, serta sering disebut dalam pantun klasik: 

*Pulau Pandan jauh ke tengah,*

> Gunung Daik bercabang tiga;

> Hancur badan dikandung tanah,

Budi yang baik dikenang juga.

🌄 Keunikan Gunung Daik

 • Tiga Puncak yang Ikonik: Puncak tertinggi disebut Daik, puncak tengah Pejantan, dan puncak terendah Cindai Menangis. Dari kejauhan, bentuknya menyerupai gigi naga, sehingga kadang disebut juga sebagai “Gunung Gigi Naga”.  

 • Legenda Patahnya Puncak: Menurut cerita rakyat, salah satu puncak Gunung Daik patah dan jatuh ke laut, membentuk Pulau Pandan. Legenda ini menambah aura mistis dan budaya pada gunung tersebut.  

 • Warisan Budaya Takbenda: Pada tahun 2021, legenda Gunung Daik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh pemerintah Indonesia, mengakui pentingnya dalam sejarah dan budaya Melayu.  

🧭 Lokasi dan Aksesibilitas

Gunung Daik terletak di Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Meskipun tidak sepopuler gunung-gunung lain di Indonesia, Gunung Daik menarik minat wisatawan, terutama dari komunitas Melayu di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.  

🧗‍♂️ Pendakian dan Wisata

Pendakian ke puncak Gunung Daik cukup menantang karena medan yang curam dan berbatu. Namun, bagi para pendaki yang berpengalaman, pemandangan dari atas menawarkan panorama laut dan pulau-pulau di sekitarnya yang menakjubkan.  

🏛️ Signifikansi Budaya

Gunung Daik tidak hanya penting secara geografis tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Ia sering disebut dalam sastra Melayu dan menjadi simbol dalam lambang Kabupaten Lingga. Keberadaannya memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat setempat terhadap warisan budaya mereka.

Kisah Gunung Daik Bercabang Tiga adalah cerita rakyat terkenal dari Kepulauan Riau, khususnya dari Pulau Lingga. Gunung ini memang nyata dan menjadi simbol penting dalam budaya Melayu. Cerita ini mengandung unsur sejarah, legenda, dan nilai moral yang mendalam.

🌄 Ringkasan Kisah

Di Pulau Lingga, berdiri sebuah gunung megah bernama Gunung Daik, yang memiliki tiga cabang atau puncak. Dari bentuk gunung inilah muncul ungkapan:

“Gunung Daik bercabang tiga, patah satu tinggal dua.”

Menurut cerita rakyat, gunung ini dahulu menjadi tempat bersemayamnya roh-roh penjaga kerajaan Melayu. Dikisahkan, Gunung Daik dulunya hanya memiliki satu puncak. Namun karena pertikaian antara tiga putera raja yang ingin memperebutkan takhta, gunung tersebut seolah-olah “terbelah” menjadi tiga cabang sebagai lambang perpecahan dan ambisi kekuasaan.

Dalam versi lain, tiga cabang gunung itu dikaitkan dengan persaudaraan tiga raja yang memerintah wilayah berbeda namun berasal dari satu keturunan Melayu yang sama, yakni Johor, Pahang, dan Lingga.

📜 Makna Simbolik

 • Tiga cabang: Melambangkan kekuasaan Melayu yang dulunya satu, namun kemudian terpecah karena perebutan kekuasaan atau penjajahan asing.

 • “Patah satu tinggal dua”: Ungkapan ini sering dipakai untuk menunjukkan semangat bahwa meskipun ada yang hilang atau hancur, masih ada harapan yang tersisa.

🏛️ Gunung Daik dalam Sastra dan Budaya

Gunung Daik juga terkenal karena disebut dalam pantun klasik Melayu:

Pulau Pandan jauh ke tengah,

Gunung Daik bercabang tiga;

Hancur badan dikandung tanah,

Budi yang baik dikenang juga.

Pantun ini sangat populer dan sering digunakan dalam pidato, sastra, dan pembelajaran bahasa Melayu untuk menekankan pentingnya budi pekerti yang abadi meskipun tubuh sudah tiada.


Foto ilustrasi Gunung Daik Bercabang Tiga

#gunungdaik #lingga #faktaunik

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama